Rabu, 17 Februari 2016

0

Emosi Dan Sejarah Di Ambon Musik Showcase

Ambon Musik Showcase semalam berlangsung di Pattimura Park, Ambon. Sejumlah bintang tamu mempresentasikan musiknya sebelum akhirnya Loleba Project meluncurkan video clip Ole Sio (Donci Voor Mama).  Penonton puas melihat  suguhan musik bagus oleh para muda Ambon.  Sensasi orang muda Ambon bisa dilihat dari emosi dan sejarah yang ditabuh lewat konser kecil tapi megah.
Sebenarnya, Ambon Musik Showcase hanya ditujukan untuk peluncuran video clip kedua Loleba Project.  Namun Manager Loleba Project Marvin Laurens melibatkan para musisi lain dari Ikan Asar, Cidade de Amboino, D’Embalz  dan David Rampisela.
Kelompok musisi Rosemotion yang gagal mengikuti Ambon Jazz Plus Festival karena diundur, juga akhirnya terlibat di ajang ini.  Malam minggu di Pattimura Park tak ubahnya sebuah festival musik kreatif.  Suasana makin meriah sebab di panggung ada Florensia dan Cada Lawamena yang memandu mata acara dengan gaya kocak.
Kelompok musik rock Ikan Asar Band menjadi pembuka Ambon Musik Showcase.  Penonton dibuat bergoyang dengan lagu Soul Sister (The SIGIT), lantas medley Fake Tales of San Fransisco-Certain romance (Arctic Monkeys).  Mereka juga membawakan lagu garapan sendiri nan sinis Ambon Manise yang membuat penonton ikut bernyanyi.  Willy Pattinama (gitar/vocal), Christianto Pattinama (bass/vocal) dan Marvin Laurens (drum) tampil prima.  Ikan Asar sukses membakar malam.
Kelompok hiphop Cidade de Amboino (CDA) melanjutkan pesta musik ini.  Norman Angwarmase dan enam rekannya mampu menjaga suasana yang sudah dibangun Ikan Asar.  Pada lagu pertama, Norman dan Rhyo Diaz tampil bagus dengan lagu Cerita yang Salah.  Lantas pada lagu kedua, Nona Balagu, CDA featuring Janter dan Carlos (Sakumpul Hiphop) dari komunitas Tahuri.  Para rapper ini bikin hidup suasana dengan hiphop ala Ambon yang cakadidi.
Setelah rock dan hiphop, Cada Lawamena kemudian menghadirkan band reggae paling eksis di Maluku D’Embalz.  Duet vokalis Dalenz Utra dan Nugie Wattimury menggebrak dengan lagu-lagu bertema Save Aru.  Dalenz memanfaatkan panggung ini untuk berkampanye meminta dukungan penonton memalingkan wajah ke Aru yang sedang terancam.
Suasana “musik perlawanan” oleh D’Embalz, cepat beralih ke romantic melalui David Rampisela yang terbiasa dalam irama R & B. David melantunkan dua lagu sambil memainkan gitar.  Vokal David yang seksi Ditopang Marvil Lewaherilla (bass), Miken Leinussa (drum) dan Christian Patty (keyboard) mampu membuat penonton menjerit senang.
Seorang vokalis pria dan tiga nona Belanda dari kelompok musik Rosemotion menyuguhkan suasana jazz nan segar.  Sharon Parinussa menyedot perhatian penonton dengan lagu Dari Jauh Melihat Kampung yang dilengking secara emosional.   Tamara de Kraker,  Eva van Leeuwen dan Dicky Wattimena mengimbanginya, juga penuh emosi.  Maklum saja, inilah pertama kali mereka bernyanyi di Ambon.
LOLEBA PROJECT
Bintang utama Ambon Musik Showcase adalah Loleba Project, sebuah kolaborasi talenta musik yang tangguh dan progresif.  Figgy Papilaya berdiri di posisi keyboard, Celo Quezon menabuh drum, Carlo Labobar memetik gitar,  Delon Imlabla bermain bass, Roy Matahelumual meniup saxofon, dan masih ada Rony Alfons meniup flute.
Loleba Project mengandalkan vokalis Siera Latupeirissa dan Grace Huwae, serta penyanyi rap Hayaka Nendissa.  Karakter Siera dan Grace sebenarnya berlatar penyanyi solo, namun dalam komposisi duet, keduanya begitu kompak dan harmoni.
Lagu Panggayo yang energik menjadi pembuka penampilan Loleba Project.  Mereka tampil dengan kekuatan lengkap.  Sensasi Loleba Project dimulai dari sini.  Begitu selesai Panggayo, seluruh personil turun dari panggung kecuali Figgy tetap bertahan.  Ia memainkan keyboard tunggal dengan alunan romantic. Grace naik ke panggung mengalirkan Amboina Bay (Bing Leiwakabessy/Lopulalan).  Figgy terus mendentingkan keyboard ketika Grace turun dan Siera naik mengangkat Maluku Tanah Pusaka.
Loleba Project lantas meluncurkan video clip Ole Sio (Donci Voor Mama).  Seluruh personil berbaur dengan penonton menyaksikan video clip yang dikerjakan Gracio Imanuel, Willy Pattinama dan Almascatie.   Tim  inilah yang juga mengerjakan video clip pertama, Nusaniwe.  Penonton memberi aplaus usai menyaksikan Ole Sio (Donci Voor Mama).
Loleba Project kembali ke pentas melantunkan Sioh Mama gubahan Melky Goslaw dengan aransemen Figgy.  Penonton terpaku di tempat ketika Loleba Project mempresentasikan Ole Sio (Donci Voor Mama) dan Nusaniwe.  Penonton nyaris hening tanpa tepukan tangan ketika dua lagu ini tuntas.  Mereka baru sadar bahwa konser musik sudah selesai.
Walikota Ambon Richard Louhenapessy memuji prakarsa Figgy Papilaya dan Loleba Project.  Ia bahkan berterima kasih atas karya musik bermutu yang ditampilkan Loleba Project.  Saking bangga, ketika memberi kesannya, Louhenapessy memperkenalkan Figgy kepada penonton sebagai sosok musisi hebat dalam lingkaran Erwin Gutawa yang karyanya dipresentasikan dalam pertemuan APEC di Bali. Louhenapessy berharap, Loleba Project terus berkarya mendukung Ambon sebagai kota musik.
Victor Joseph, jurnalis dan juga musisi dari Band Suara Maluku di Belanda memberi apresiasi tinggi kepada seluruh seniman yang tampil di Ambon Musik Showcase. Azis Tunny, juga jurnalis yang menyaksikan show musik ini mengajak para musisi muda di Ambon untuk melahirkan karya musik bermutu seperti yang ditampilkan Loleba Project dan seluruh performer semalam.
Ambon memang kota musik.  Namun karya musik Maluku yang bermutu semakin langka.  Publik Ambon memang masih bisa menyaksikan karya-karya Rence Alfons dengan Molukka Bamboowind Orchestra, Amadeus Choir, atau komposisi musik gereja etnik Maluku yang dihasilkan Christ Tamaela.  Lagu-lagu daerah dengan estetika Maluku semakin sulit.  Georgie Leiwakabessy dua tahun lalu mencoba mengisi kekosongan  itu dengan meluncurkan Kembalikan Negeriku.
Dalam catatan Maluku Online, karya musik Maluku yang bagus, terakhir kali diproduksi tahun 1983 melalui album Jopie Latul Ambon Jazz Rock yang melambungkan Enggo Lari, dan setumpuk lagu Ambon yang apik secara musikal.  Pada era 1990-an dan terutama setelah abad baru ini, musik Ambon didominasi lagu “kasiang-kasiang” yang tidak memiliki beat Maluku.
Loleba Project hadir di tengah kekeringan panjang karya musik bagus.  Setidaknya, ini adalah sebuah tonggak sejarah penting.  Musik Maluku sedang bergerak menemukan jatidiri.  Semoga saja konser di bawah monumen Pattimura ini melahirkan semakin banyak Pattimura Muda di jalur musik. (malukuonline/rudifofid@gmail.com)

0 komentar:

Posting Komentar